Saturday 26 November 2016

puisi kangen

Kini senja telah larut menjadi malam
Dan aku rasakan dalamnya ksepianku
Hanya sunyi dan sepi yang temani kini
Bintang yang biasa bersinar dan tersenyum padaku
Kini terbalut hampa sehampa hatiku
Yang terbalut rindu hingga aku rapuh dan tak berdaya
Cinta bangunkan aku dengan senandung indah yang kau milikii
Agar aku bisa memeluk indahnya mahligai cinta malam ini

cerpen anak farmasi



Senin pagi 25 maret 1996 ketika aku lahir kata mamah sih cuaca pada saat itu cerah yaa.. dengan harapan aku bisa seperti mentari yang menyinari sejagat raya,sampai waktu memiara umurku dimana aku mulai  merasakan,menikmati,memelajari hal-hal apa yang mama papa dan keularga ajarkan. Aku tinggal di desa yang bernama Cimrutu tempatnya di kota Cilacap , desa yang selalu kusebut seribu padi ketika hampir sekeliling rumahku itu terdapat padi-padi yang tertanam masih hijau, ya..aku ingat ketika hampir musim panen semua padi-padi hujau itu tumbuh menjulang tinggi, rasanya mengamati padi yang melalui proses begitu signifikan walau kadang cuaca buruk membuatnya gusar banyak dari mereka yang tetap bertahan agar bias tumbuh sempurna sampai musim panen, mungkin mereka tau alasan mereka diciptakan oleh tuhan jika bukan untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan manusia, sungguh luar biasa.
            2008-2011 dimana  aku lulus  sekolah menegah pertma dimana juga aku benar mengambil keputusan untuk bersekolah di Pangandaran, dengan jurusan farmasi yang aku ambil, walau hanya menempuh waktu 3jam namun aku memutuskan untuk ngkost karena meminimalisirwaktu dan biaya, jauh dari mama dari keluarga ketika  aku mengenal kata dewasa memahami akan kesepian tanpa kebersamaan dengan mereka stiap saat dengan satu-saunya adik kesayanganku,mengerti akan sebuah kepercayaan yang mereka berikan sungguh sedikitnya aku seperti terbelenggu harapan yang ingin cepat-cepat lulus cari kerja dan sukses. Seperti anak remaja pada umumnya aku menglami pubertas yang jika aku ingat saat itu sungguh menggelikan, masa-masa SMK dimana segala rasa yang bersensasi berjuma denganku, bahkan ketika rasa yang disebut sakit karena patah hatipun sudah terbisa aku rasakan,semua itu hanya menghambat karena ketika terasa hanya akan membuatku semakin rindu pelukan mama, ceramahnya papa, ngjaililn adik, seperti itulah gambaran kerinduan terhadap keluarga bak tebu, sungguh aku tidak bermaksud egois.
            2012-2014 dimana aku lulus dari sekolah menengah kejuruan farmasi bhakti kencana pangandaran dengan pringkat ke 2 dari 35 siswa dikelasku sungguh luar biasa selama ini aku perjuangkan setelah sempat menjadi peringkat ke 10 di semester 5 kemarin aku sungguh tidak ingin mengecewakan belajar lebih sering sampai kepala ku rasanya mau pecah melihat jurnal-junal kering yang harus aku pelajari ketika ujian praktik kopetensi farmasi belum lagi ketika mengerjakan jurnal basah dengan meracik obat yang jika salah sedikit saja akan sangat amat fatal, namun aku berhasil memlalui itu semua, berkat doa keluarga,berkat tuhan yang selalu ada disisiku, rasa bahagia ini tidak tekira dengan rasa sedih yang pada saat itu aku nikmati ketika tak ku jumpai  sosok mama, papa di bangku-bangku tamu orangtua, balai sudirman Jakarta yang megah dan ramai menjadi hampa, mereka tidak datang, selalu saja begitu sedari kenaikan kelas bahkan ketika sekarang ketika aku lulus,tak ku lihat sosok mereka ‘lihat ma,pa aku dapat peringkat 2 aku lulus’ hanya bergumam dalam hati bergetir pilu,namun apa daya aku tidak boleh cengeng, toh mereka sudah terlalu tua untuk datang jauh-jauh kemari hanya untuk sebentar, kalian tetap orang tuaku yang pasti selalu bangga dan sayang padaku bahkan ketika banyaknya ruang-ruang dari sini, aku masih melihat kakak ipar yang tersenyum padaku di antara tamu-tamu yang lain,setidaknya aku tidak sendirian.
            2014 dimana masa abu-abuku kini telah berakhir, aku menggengam sebuah impian yang akan ku perjuangkan, kini aku melangkah sendiri tanpa keluarga dan sahabat, ya aku memutuskan untuk pergi lagi meninggalkan rumah dan keluarga, langkahku sungguh berat aku masih merindukan pelukan mama yang selama 3 tahun ini jarang kurasakan, tapi aku yakin aku bisa tanpa hangatnya pelukan mama karena aku yakin mama selalu memeluku dengan doa-doanya disetiap sepertiga malamnya, Karena begitulah yang selalu mama katakana padaku, lain halnya dengan papa, papa hanya memiliki satu kalimat yang tak pernah bosan ia katakana padaku “jaga kehormatanmu sebagai perempuan, jadilah perempuan yang berhasil” kalimat itu selalu ku dengar hampir seminggu sekali ya intinya setiap papa dan aku saling berkabar.
            Aku adalah gadis kecil mama dan papa yang memiliki banyak impian, yang selalu merasa hebat didepan mereka, itu sudah menjadi sifatku sejak kecil meski terkadang mama bilang  “jika tidak bisa sendiri jangan berpura-pura bisa ada mama dan papa” sampai saat ini kalimat itu masih dapat aku dengar, tapi aku yakin doa merekalah yang mampu membuat aku menjadi bisa.
            Pupilku mengecil dan bajuku basah oleh keringat, aku merasa fana berada disini matahari seperti berada satu jengkal di atas kepalaku, terminal Bekasi, tepatnya aku baru turun dari bus yang membawaku sekitar delapan jam perjalan. Langkah demi langkah aku bergumam “disinilah awal mimpiku”.
Kulihat gadis tomboi dengan rambut panjang dan bertopi, celana jeans sobek-sobek dipadukan dengan kaos berwarna merah, ia terlihat sangat cantik, aku lambaikan tanganku padanya dan ia pun mendekatiku, dia adalah silvia teman sebangku waktu di SMK, bersama dialah sekarang aku mengadu nasib.
            Kini aku adalah seorang pegawai di salah satu rumah sakit swasta di daerah Bekasi, waktu terus berjalan dan aku mulai merasa nyaman hingga aku putuskan bahwa disinilah zona nyamanku, dan aku putuskan untuk melanjutkan pendidikanku disini. Hariku adalah kesibukan terkadang pergi pagi pulang malam atau pergi siang pulang pagi, meski lelah tapi aku sangat menikmatinya karena dengan kesibkanku aku bisa meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagiku. Namun terkadang lelah membawaku ke dalam kerinduan akan rumah yang selalu ramai oleh cucu-cucu mama dan papa serta suara-suara kodok di malam hari seusai hujan.
            Waktu menunjukan pukul 22.00, rumah sangat gelap mungkin teman-temanku lupa tidak menyalakan lampu sebelum mereka pergi, bajuku basah kuyup karena hujan sangat deras saat perjalan pulang selepas kuliah, aku langsung ambil handuk untuk mandi. Selepas sholat aku sempatkan membuka handphone aku lihat mama, papa, kedua kakaku dan adikku tersenyum kepadaku,,ya kulihat foto keluarga yang ku jadikan wallpaper di handphoneku, aku hanya tersenyum melihat foto itu, handphone kembali aku simpan di bawah bantal tempat aku melepas lelah karena aku tidak mau larut dalam kerinduanku pada mereka. Aku kembali pada buku-buku dan tugas kuliah yang amat banyak. di tanganku sudah kugenggam pena, layaknya seperti pejuang dengan bambu runcingnya.
            Aku membisu tanpa arti yang kumengerti
Kucoba untuk bertanya namum sukmaku
Kurasakan getaran yang amat dahsyat dari dalam tubuhku
Namun aku tetap membisu dan tediam
Kini aku hilang dalam gelap yang amat gulita
Kucoba berlari mencari cahaya
Namun tak sepercikpun cahaya ku temukan
Aku mati dalam rindu yang amat dalam
Kerinduan akan mereka yang ku sayang
            Kriiiiiiiiing…..!!! kumatikan alarm yang begitu bisisng di telingaku, aku tersadar pagi telah tiba pena masih berada dalam genggamanku dan kudapati sebuah tulisan dalam selembar kertas, kubaca ulang meski semalam aku sedikit tersadar bahwa itu aku yang menulis hingga aku tertidur. Aku tak bisa membohongi perasaanku bahwa aku ssangat merindukan mama papa dan saudara-saudaraku. Kini aku sadar berusaha sedewasa apapun aku tetap menjadi nak kecil mama dan papa yang selalu menangis saat jauh dari mereka.