Senin pagi 25 maret 1996 ketika aku lahir kata mamah sih cuaca pada saat
itu cerah yaa.. dengan harapan aku bisa seperti mentari yang menyinari sejagat
raya,sampai waktu memiara umurku dimana aku mulai merasakan,menikmati,memelajari hal-hal apa
yang mama papa dan keularga ajarkan. Aku tinggal di desa yang bernama Cimrutu tempatnya
di kota Cilacap , desa yang selalu kusebut seribu padi ketika hampir sekeliling
rumahku itu terdapat padi-padi yang tertanam masih hijau, ya..aku ingat ketika hampir
musim panen semua padi-padi hujau itu tumbuh menjulang tinggi, rasanya
mengamati padi yang melalui proses begitu signifikan walau kadang cuaca buruk
membuatnya gusar banyak dari mereka yang tetap bertahan agar bias tumbuh
sempurna sampai musim panen, mungkin mereka tau alasan mereka diciptakan oleh
tuhan jika bukan untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan manusia, sungguh luar
biasa.
2008-2011 dimana aku lulus
sekolah menegah pertma dimana juga aku benar mengambil keputusan untuk
bersekolah di Pangandaran, dengan jurusan farmasi yang aku ambil, walau hanya
menempuh waktu 3jam namun aku memutuskan untuk ngkost karena meminimalisirwaktu
dan biaya, jauh dari mama dari keluarga ketika aku mengenal kata dewasa memahami akan
kesepian tanpa kebersamaan dengan mereka stiap saat dengan satu-saunya adik
kesayanganku,mengerti akan sebuah kepercayaan yang mereka berikan sungguh
sedikitnya aku seperti terbelenggu harapan yang ingin cepat-cepat lulus cari
kerja dan sukses. Seperti anak remaja pada umumnya aku menglami pubertas yang
jika aku ingat saat itu sungguh menggelikan, masa-masa SMK dimana segala rasa
yang bersensasi berjuma denganku, bahkan ketika rasa yang disebut sakit karena
patah hatipun sudah terbisa aku rasakan,semua itu hanya menghambat karena ketika
terasa hanya akan membuatku semakin rindu pelukan mama, ceramahnya papa, ngjaililn
adik, seperti itulah gambaran kerinduan terhadap keluarga bak tebu, sungguh aku
tidak bermaksud egois.
2012-2014 dimana aku
lulus dari sekolah menengah kejuruan farmasi bhakti kencana pangandaran dengan
pringkat ke 2 dari 35 siswa dikelasku sungguh luar biasa selama ini aku
perjuangkan setelah sempat menjadi peringkat ke 10 di semester 5 kemarin aku
sungguh tidak ingin mengecewakan belajar lebih sering sampai kepala ku rasanya
mau pecah melihat jurnal-junal kering yang harus aku pelajari ketika ujian
praktik kopetensi farmasi belum lagi ketika mengerjakan jurnal basah dengan
meracik obat yang jika salah sedikit saja akan sangat amat fatal, namun aku berhasil
memlalui itu semua, berkat doa keluarga,berkat tuhan yang selalu ada disisiku, rasa
bahagia ini tidak tekira dengan rasa sedih yang pada saat itu aku nikmati
ketika tak ku jumpai sosok mama, papa di
bangku-bangku tamu orangtua, balai sudirman Jakarta yang megah dan ramai
menjadi hampa, mereka tidak datang, selalu saja begitu sedari kenaikan kelas
bahkan ketika sekarang ketika aku lulus,tak ku lihat sosok mereka ‘lihat ma,pa
aku dapat peringkat 2 aku lulus’ hanya bergumam dalam hati bergetir pilu,namun
apa daya aku tidak boleh cengeng, toh mereka sudah terlalu tua untuk datang
jauh-jauh kemari hanya untuk sebentar, kalian tetap orang tuaku yang pasti
selalu bangga dan sayang padaku bahkan ketika banyaknya ruang-ruang dari sini, aku
masih melihat kakak ipar yang tersenyum padaku di antara tamu-tamu yang
lain,setidaknya aku tidak sendirian.
2014 dimana masa abu-abuku
kini telah berakhir, aku menggengam sebuah impian yang akan ku perjuangkan,
kini aku melangkah sendiri tanpa keluarga dan sahabat, ya aku memutuskan untuk
pergi lagi meninggalkan rumah dan keluarga, langkahku sungguh berat aku masih
merindukan pelukan mama yang selama 3 tahun ini jarang kurasakan, tapi aku
yakin aku bisa tanpa hangatnya pelukan mama karena aku yakin mama selalu
memeluku dengan doa-doanya disetiap sepertiga malamnya, Karena begitulah yang
selalu mama katakana padaku, lain halnya dengan papa, papa hanya memiliki satu
kalimat yang tak pernah bosan ia katakana padaku “jaga kehormatanmu sebagai
perempuan, jadilah perempuan yang berhasil” kalimat itu selalu ku dengar hampir
seminggu sekali ya intinya setiap papa dan aku saling berkabar.
Aku adalah gadis kecil
mama dan papa yang memiliki banyak impian, yang selalu merasa hebat didepan
mereka, itu sudah menjadi sifatku sejak kecil meski terkadang mama bilang “jika tidak bisa sendiri jangan berpura-pura
bisa ada mama dan papa” sampai saat ini kalimat itu masih dapat aku dengar,
tapi aku yakin doa merekalah yang mampu membuat aku menjadi bisa.
Pupilku mengecil dan
bajuku basah oleh keringat, aku merasa fana berada disini matahari seperti
berada satu jengkal di atas kepalaku, terminal Bekasi, tepatnya aku baru turun
dari bus yang membawaku sekitar delapan jam perjalan. Langkah demi langkah aku
bergumam “disinilah awal mimpiku”.
Kulihat gadis tomboi dengan rambut panjang dan bertopi, celana jeans
sobek-sobek dipadukan dengan kaos berwarna merah, ia terlihat sangat cantik,
aku lambaikan tanganku padanya dan ia pun mendekatiku, dia adalah silvia teman
sebangku waktu di SMK, bersama dialah sekarang aku mengadu nasib.
Kini aku adalah seorang
pegawai di salah satu rumah sakit swasta di daerah Bekasi, waktu terus berjalan
dan aku mulai merasa nyaman hingga aku putuskan bahwa disinilah zona nyamanku,
dan aku putuskan untuk melanjutkan pendidikanku disini. Hariku adalah kesibukan
terkadang pergi pagi pulang malam atau pergi siang pulang pagi, meski lelah
tapi aku sangat menikmatinya karena dengan kesibkanku aku bisa meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat bagiku. Namun terkadang lelah membawaku ke dalam
kerinduan akan rumah yang selalu ramai oleh cucu-cucu mama dan papa serta
suara-suara kodok di malam hari seusai hujan.
Waktu menunjukan pukul
22.00, rumah sangat gelap mungkin teman-temanku lupa tidak menyalakan lampu
sebelum mereka pergi, bajuku basah kuyup karena hujan sangat deras saat
perjalan pulang selepas kuliah, aku langsung ambil handuk untuk mandi. Selepas
sholat aku sempatkan membuka handphone aku lihat mama, papa, kedua kakaku dan
adikku tersenyum kepadaku,,ya kulihat foto keluarga yang ku jadikan wallpaper
di handphoneku, aku hanya tersenyum melihat foto itu, handphone kembali aku
simpan di bawah bantal tempat aku melepas lelah karena aku tidak mau larut
dalam kerinduanku pada mereka. Aku kembali pada buku-buku dan tugas kuliah yang
amat banyak. di tanganku sudah kugenggam pena, layaknya seperti pejuang dengan
bambu runcingnya.
Aku membisu tanpa arti
yang kumengerti
Kucoba untuk bertanya namum sukmaku
Kurasakan getaran yang amat dahsyat dari dalam tubuhku
Namun aku tetap membisu dan tediam
Kini aku hilang dalam gelap yang amat gulita
Kucoba berlari mencari cahaya
Namun tak sepercikpun cahaya ku temukan
Aku mati dalam rindu yang amat dalam
Kerinduan akan mereka yang ku sayang
Kriiiiiiiiing…..!!!
kumatikan alarm yang begitu bisisng di telingaku, aku tersadar pagi telah tiba
pena masih berada dalam genggamanku dan kudapati sebuah tulisan dalam selembar
kertas, kubaca ulang meski semalam aku sedikit tersadar bahwa itu aku yang
menulis hingga aku tertidur. Aku tak bisa membohongi perasaanku bahwa aku
ssangat merindukan mama papa dan saudara-saudaraku. Kini aku sadar berusaha
sedewasa apapun aku tetap menjadi nak kecil mama dan papa yang selalu menangis
saat jauh dari mereka.
No comments:
Post a Comment